Tampilkan postingan dengan label skripsi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label skripsi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 April 2011

Analisis Faktor

Analisis  faktor  digunakan  untuk  mereduksi  dan  meringkas  dari  banyak variabel ke dalam satu atau beberapa faktor, dengan menggunakan software SPSS. Analisis ini  merupakan uji hipotesis statistik yang digunakan untuk mengetahui interdependensi atau hubungan antar item yang menjadi indikator suatu variabel. Perhitungan analisis faktor dengan software SPSS ini meliputi:
1.  Correlation Matrix

Analisis  ini merupakan sajian hasil analisis korelasi antara item yang satu dengan item yang lain yang menjadi indikator, yang mungkin dapat atau tidak  dapat  dimasukan  dalam  persamaan  analisis  faktor.  Suatu  item  dapat diproses  dengan   analisis  faktor   apabila   memiliki   nilai   korelasi   <   0,8, sebaliknya jika nilai  korelasi suatu item > 0,8 maka item tersebut tidak bisa diproses dengan analisis faktor.
2.  Communality

Analisis ini merupakan jumlah varian yang disumbangkan tiap item yang menjadi  indikator dari  faktor-faktor  prestasi  belajar  dengan  item lain  ynag dipertimbangkan.   Koefesien   Communality  disebut   cukup  efektif   apabila bernilai > 50 %.
3.  Eigenvalue

Merupakan koefisien yang menunjukkan jumlah varian yang berasosiasi dengan  masing-masing faktor prestasi belajar. Faktor yang mempunyai nilai eigenvalue > 1, maka faktor tersebut akan dimasukkan ke dalam model. 


4.  Faktor Loading

Faktor  loading  merupakan  faktor  korelasi  sederhana  antara  variabel dengan faktor atau dapat dikatakan bahwa faktor loading merupakan besarnya muatan suatu variabel. Suatu variabel akan dapat dimasukan sebagai indikator suatu faktor apabila mempunyai nilai loading > 0.50
5.   Kaiser Mayer Olkin (KMO)

KMO Mengukur kelayakan sampling yaitu indeks yang digunakan untuk meneliti  ketepatan  analisis  faktor  dari  faktor-faktor  yang  mempengaruhi prestasi  belajar siswa  bidang pengetahuan sosial-ekonomi  pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padamara Purbalingga tahun pelajaran 2005/2006. Apabila Koefesien KMO antara  0.5-1 berarti analisis faktor tepat, sedangkan apabila kurang analisis faktor tidak tepat (Supranto 2004:118).

Rabu, 13 Oktober 2010

PENGEMBANGAN DIRI MELALUI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

  1. Pengertian Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.

  1. Visi dan Misi

a. Visi

Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

b. Misi

1) Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka.

2) Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

3. Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler

a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.

d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

4. Prinsip Kegiatan Ekstra Kurikuler

a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.

b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.

c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.

d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler dalam suasana yang disukai dan mengembirakan peserta didik.

e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.

f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.

5. Jenis kegiatan Ekstra Kurikuler

a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).

b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.

c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan.

d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.

6. Format Kegiatan

a. Individual, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik secara perorangan.

b. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta didik.

c. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik dalam satu kelas.

d. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik antarkelas/antarsekolah/madraasah.

e. Lapangan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan.

B. PERENCANAAN KEGIATAN

Perencanaan kegiatan ekstra kurikuler mengacu pada jenis-jenis kegiatan yang memuat unsur-unsur:

1. Sasaran kegiatan

2. Substansi kegiatan

3. Pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terkait, serta keorganisasiannya

4. Waktu dan tempat

5 Sarana

(Lampiran 10)

C. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Kegiatan ekstra kurikuler yang bersifat rutin, spontan dan keteladanan dilaksanakan secara langsung oleh guru, konselor dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah.

2. Kegiatan ekstra kurikuler yang terprogram dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pelaksana sebagaimana telah direncanakan. (Lampiran 11)

D. PENILAIAN KEGIATAN

Hasil dan proses kegiatan ekstra kurikuler dinilai secara kualitatif dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung jawab kegiatan.

(Lampiran 12,13, dan14)

E. PELAKSANA KEGIATAN

Pelaksana kegiatan ekstra kurikuler adalah pendidik dan atau tenaga kependidikan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan pada substansi kegiatan ekstra kurikuler yang dimaksud.

F. PENGAWASAN KEGIATAN

1. Kegiatan ekstra kurikuler di sekolah/madrasah dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan pengawasan.

2. Pengawasan kegiatan ekstra kurikuler dilakukan secara:

a. interen, oleh kepala sekolah/madrasah.

b. eksteren, oleh pihak yang secara struktural/fungsional memiliki kewenangan membina kegiatan ekstra kurikuler yang dimaksud.

3. Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti untuk peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler di sekolah/madrasah.

Senin, 26 Juli 2010

Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2006 : 157).
Adapun wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh (Sugiyono, 2006 : 157).
Menurut W. Gulo yang dikutip dari Mohamad Ali (2002 : 119), keuntungan wawancara antara lain :
a.Wawancara dapat dilaksanakan kepada setiap individu tanpa dibatasi oleh faktor usia maupun kemampuan membaca
b.Data yang diperoleh dapat langsung diketahui objektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka
c.Wawancara dapat dilaksanakan langsung kepada responden yang diduga sebagai sumber data (dibandingkan dengan angket yang mempunyai kemungkinan diisi orang lain)
d.Wawancara dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki hasil yang diperoleh baik melalui observasi terhadap objek manusia maupun bukan manusia, juga hasil yang diperoleh melalui angket
e.Pelaksanaan wawancara dapat lebih fleksibel dan dinamis karena dilaksanakan dengan hubungan langsung, sehingga memungkinkan diberikannya penjelasan kepada responden bila suatu pertanyaan kurang dapat dimengerti.

Pengertian Kurikulum dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Beragam istilah dan batasan tentang kurikulum telah dikemukakan oleh para ahli bahasa dan pakar pendidikan. Secara sederhana, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Depdiknas (2002:617), ”kurikulum berarti perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan/perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus”. Menurut UU RI no.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Senada dengan ini Hamalik (2005) menyatakan kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa yang dengan program ini siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kurikulum merupakan suatu perangkat yang disiapkan oleh lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Sedangkan satuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Adapun yang dimaksud dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menurut panduan penyusunan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.

Minggu, 13 Juni 2010

Populasi, Sampel, dan Sampling

Penelitian yang melibatkan banyak data akan menjadi sulit dilaksanakan atau tidak efektif apabila dilakukukan dengan menggunakan seleuruh data yang ada. Apabila jumlah data yang diteliti kurang dari 100 atau dirasa masih mudah untuk diambil semuanya, maka sebaiknya seluruh data tersebut digunakan, sedangkan apabila jumlah data lebih dari 100 atau dirasa akan banyak kesulitan apabila digunakan seluruhnya, maka sebaiknya dilakukan sampling. Populasi merupakan seluruh unit yang dikaji dalam penelitian. Sebagai contoh adalah siswa SMP Negeri 1 Yogyakarta. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan sebagai data dalam penelitian. Sampel ini haruslah representatif atau mewakili, yaitu satu sampel diambil pada data yang sekiranya memiliki kesamaan sifat dengan data lainnya (sampel diambil darai kelompok yang homogen). Cara pengambilan sampel agar memenuhi kriteria representatif ini disebut sebagai sampling. Terdapat beragam teknik sampling atau pengambiulan sampel, yaitu:

Random sampling,
yaitu sampel diambil secara acak dari populasi yang heterogen atau memiliki variasi sifat yang besar. Teknik ini merupakan pengambilan secara acak, tidak memilih, agar memperoleh sampel yang merata. Dengan teknik random, seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih. Teknik random ini dapat dilakukan seperti dengan loteray atau pemilihan secara acak dengan media lainnya.

Stratified sampling.
Stratifikasi adalah perilaku pemberian tingkatan atau kelas pada data. Dalam stratified sampling, data sebelumnya dikelompokkan kedalam tingkatan-tingkatan tertentu, seperti tingkatan tinggi, sedang, rendah, atau baik, sedang, buruk, kemudian sampel diambil dari setiap tingkatan tersebut. Misalkan penelitian yang dilakukan adalah pengaruh Kurikulum saat ini (KTSP) terhadap perstasi siswa, maka dapat dilakukan stratified sampling dengan cara mengelompokkan siswa kedalam tingkatan pandai, sedang, tidak pandai, dan kemudian dari masing-masing tingkatan tersebut diambil dalam jumlah yang memadai. Apabila cara pengambilan sampel dalam setiap tingkatan (strata) tersebut adalah acak, maka teknik sampling ini dikenal dengan stratified random sampling. Dalam stratified sampling ini, tiap kelompok jelas memiliki populasi yang homogen bersadarkan tingkatannya. Sebagai contoh adalah dalam kelompok siswa berprestasi baik, maka seluruh anggota kelompok jelas memiliki nilai tertentu yang dikategorikan dalam tingkatan baik.

Cluster Sampling.
Cluster adalah kelompok. Cluster sampling merupakan pengambilan sampel dari kelompok-kelompok kecil yang sifat antar kelompok tersebut tidak menunjukkan tingkatan. Dalam cluster sampling ini, anggota setiap kelompok tidaklah homogen seperti dalam strtified sampling. Pengelompokan dalam cluster sampling ini sifatnya sekedar untuk mempermudah jalannya penelitian. Sebagai contoh adalah dalam penelitian tentang pemanfaatan biotech di Kabupaten Klaten, maka dilakukan pemabgian wilayah kabupaten menjadi kelompok kecamatan-kecamatan, dan kemudian sampel diambil dari setiap kecamatan tersebut. Apabila pengambilan sampel tiap kelompok ini dilakukan secara random, maka teknik ini dikenal dengan cluster random sampling. Tentusaja kondisi petani dalam setiap kecamatan tersebut tidaklah homogen, sehingga dengan memadukannya dengan random sampling akan lebih mampu memberikan data yang lebih representatif.

Senin, 03 Mei 2010

Faktor-Faktor Motivasi Belajar.

1) Faktor internal adalah faktor ynag ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang terdiri dari :
a) Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah.
b) Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan lain-lain. (Muhidin Syah,
1995:108-115)

Sumanto (1990:108-115) menggolongkan faktor yang mempengaruhi belajar anak menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor-faktor stimulasi belajar

Yang dimaksud faktor stimulasi belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulasi dalam penelitian ini mencakup materiil serta suasana lingkungan yang ada di sekitar siswa.
2) Faktor metode belajar

Metode yang dipakai guru sangat mempengaruhi belajar siswa. Metode yang menarik dapat menimbulkan rangsangan dari siswa untuk meniru dan mengaplikasikannya dalam cara belajarnya.
3) Faktor-faktor individual

Faktor ini menyangkut hal-hal berikut: kematangan, faktor usia, jenis kelamin, pengalaman, kapasitas mental, kondisi kesehatan fisik dan psikis, rohani serta motivasi.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak, juga mempengaruhi motivasi melanjutkan pendidikan anak. Sebab hasil belajar anak pada jenjang pendidikan tertentu, akan digunakan untuk memenuhi salah satu syarat melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi melanjutkan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Faktor internal anak yaitu faktor-faktor yang berasal dari diri anak itu sendiri yang meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis.
a. Faktor fisiologis anak itu terdiri dari kondisi umum mengenai organ tubuh anak.
b. Faktor psikologis anak terdiri dari kecerdasan intelegensi, bakat, minat dan kebutuhan anak.
2. Faktor eksternal anak.

Faktor eksternal anak tersebut berupa kondisi sosial ekonomi orangtua yang meliputi lingkungan sosial ekonomi orangtua, tingkat pendidikan orangtua, tingkat pendidikan anggota keluarga yang lain, dan kondisi keutuhan keluarga.
Fradsen dalam Suryabrata (1995:235) mengatakan bahwa hal yang mendorong atau memotivasi seseorang terus belajar adalah sebagai berikut:
a. Adanya sifat ingin tahu dan menyelidiki dunia yang lebih luas.

b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
c. Adanya sifat ingin mendapatkan simpati dari orangtua, guru dan teman-temannya.
d. Adanya sifat ingin memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha baru baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi .
e. Adanya keinginan `untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai ilmu pengetahuan.
f. Adanya ganjaran dan hukuman sebagai akhir daripada belajar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi melanjutkan pendidikan siswa akan tercermin dalam sikap dan tindakan siswa dalam kegiatan belajarnya, oleh karena itu menurut penulis ada 4 (empat) indikator yang dapat dipergunakan sebagai parameter pengukuran tingkat motivasi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, yaitu :
a. Mempunyai perencanaan yang matang dalam kegiatan belajarnya, dengan parameter pengukuran sebagai berikut :
1) Menetapkan target yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan belajarnya
2) Kesadaran dan keteraturan mebuat jadwal belajar
b. Punya keinginan untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi dari sebelumnya dan dari prestasi yang dicapai orang lain, dengan parameter pengukuran sebagai berikut :
1) Mengikuti kegiatan bimbingan belajar

2) Harapan siswa terhadap hasil tes yang dilakukan

3) Respon anak terhadap hasil temannya

c. Tangguh dalam menghadapi kesulitan belajar, dengan parameter pengukuran sebagai berikut :
1) Langkah yang dilakukan siswa jika menghadapi kesulitan belajar

2) Respon terhadap kegagalan belajar yang dialaminya

d. Memiliki pandangan relatif jauh kedepan tentang pendidikannya, dengan parameter pengukuran sebagai berikut :
1) Jenjang pendidikan tertinggi yang ingin di tempuh sesuai dengan cita-citnya
2) Berusaha mencari informasi tentang pendidikan di perguruan tinggi.

Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Sardiman (2005:89-91), motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif–motif (daya penggerak) yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam diri setiap individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik

Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Menurut Mc Clelland dalam Amirullah (2002:154-155) mengemukakan tiga kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Orang dengan kebutuhan yang tinggi cenderung suka bertanggung jawab untuk memecahkan berbagai macam persoalan, mereka cenderung menetapkan sasaran yang cukup sulit untuk mereka sendiri dan mengambil resiko yang sudah diperhitungkan untuk mencapai sasaran tersebut.
Lebih lanjut Mc Clelland dalam Handoko (1983:256) mengemukakan bahwa orang-orang yang berorientasi prestasi mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang dapat dikembangkan, yaitu :



1. Menyukai pengambilan resiko yang layak (moderat) sebagai fungsi keterampilan, bukan kesempatan ; menyukai suatu tantangan ; dan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil-hasil yang dicapai.
2. Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan-tujuan prestasi yang layak dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan.
3. Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa yang telah dikerjakannya.
4. Mempunyai keterampilan dalam perencanaan jangka panjang dan mempunayi kemampuan-kemampuan organisasional.
Menurut Maslow dalam Darsono (2000:101-102) mengemukakan bahwa manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut :
1) Kebutuhan jasmaniah, seperti : makan, minum, istirahat, seksual dan sebagainya.
2) Kebutuhan keamanan (rasa aman), seperti : ingin sehat, ingin terhindar dari bahaya, ingin menghilangkan kecemasan dan lain-lain.
3) Kebutuhan untuk memiliki dan dicintai, seperti : ingin berteman, ingin berkeluarga, ingin masuk dalam suatu kelompok dan lain – lain.
4) Kebutuhan akan penghargaan diri (harga diri), seperti : ingin dihargai, dipercaya, dihormati oleh orang lain dan lain-lain.
5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri, seperti : keinginan untuk mengembangkan potensi diri, bakat dan keterampilan, keinginan berprestasi, keinginan mencapai cita-cita dan sebagainya.
6) Kebutuhan untuk tahu dan mengerti, seperti : mencari ilmu atau menempuh pendidikan setinggi-tingginya yang didorong rasa ingin tahu.
7) Kebutuhan estetis, yaitu kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni dan keindahan.
Sedang menurut Morgan dalam Sardiman (2005:78-80)

mengemukakan bahwa manusia memiliki berbagai kebutuhan, yaitu :

1) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk suatu aktivitas

2) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain

3) Kebutuhan untuk mencapai hasil atau cita-cita

4) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Kebutuhan itu berasal dari diri sendiri yang menuntut untuk dipenuhi. Keinginan seseorang untuk dapat memenuhi semua kebutuhannya tersebut dapat mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu yang mengarah pada pencapaian pemenuhan kebutuhan. Hal ini dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang guna membekali diri dengan hal hal yang diperlukan dalam mencapai tujuannya tersebut.
Salah satu bekal yang diperlukan adalah bekal pendidikan yang memadai sehingga pada akhirnya seseorang akan merasa perlu untuk melanjutkan sekolahnya sampai pada jenjang yang memungkinkan dirinya dapat memiliki bekal untuk memenuhi kebutuhan secara berkualitas.

3. Faktor-faktor motivasi belajar.

1) Faktor internal adalah faktor ynag ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang terdiri dari :
a) Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah.
b) Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan lain-lain. (Muhidin Syah,
1995:108-115)

Sumanto (1990:108-115) menggolongkan faktor yang mempengaruhi belajar anak menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor-faktor stimulasi belajar

Yang dimaksud faktor stimulasi belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulasi dalam penelitian ini mencakup materiil serta suasana lingkungan yang ada di sekitar siswa.
2) Faktor metode belajar

Metode yang dipakai guru sangat mempengaruhi belajar siswa. Metode yang menarik dapat menimbulkan rangsangan dari siswa untuk meniru dan mengaplikasikannya dalam cara belajarnya.