Tampilkan postingan dengan label sosiologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sosiologi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 September 2014

Konsep dan Teori Kebudayaan Serta implikasinya dalam pendidikan II


-->
Kebudayaan adalah merupakan keeluruhan kegiaatan manusia yang diperolah denngan belajar yeng berupa system gagasan , tindakan dan hasil karya atau hasil cipta ,rasa dan karsa manusia .kebudayaan diperguanak ,dihasilkan deketahui dan dipercayai sebagi kegiatan masyarakat dan dijadikan miliki diri masyarakat tersebut.
-->
Komponen kebudayaan : yaitu.
1. Kebudayaan material , yaitu berisi hasil-hasl dari pengetahuan sdehana sampai yang kompleks.
2. Kebudayaan non-material, yaitu keseluruhan dari pengetahuan,kepercayaan nilai-nilai dan norma tinggkah laku tentang bagaimana manusia beriteraksui dan bagimana meraka memecahkan masalah.
3. Kebudayaan normative, yaitu yang terdiari dari aturan-aturan untuk melakuakan sesuatau .norma merupakan elemanet sentral/pusat dari kebudayaan normative. Norma adalah hal yang merupakan perlkau yang bersama untuk dipakai sebagai batasn dari tinggkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat yang bersangkutan.
4.Kebudayaan kognitif (filsafat) yaitu berupa pemikiran2 dari suatu kebudayaan .berisi baggian2 datri kebudayaan dan pengetahuan tentang duania ini mana nyata dan tidak nyata ,serta mana yang penting dan tidak penating.


Teori kebudayaan dan implikasibnya dalam pendidikan.
Tiga pandangan menganani kebudayaan:
1. Pandangan super organis
2. Pandangan konseptualis
3. Pandangan realis
Ad 1: emile durkhem “kebudayaan terdiri dari fakta2 sosial dan representatisi kolektif artinya cara berfikir ,bertindak dan merasa bersifat independent dan berada di luar individu.” Kebudayaan yang dipahami sebagi totalitas fakta2 sosial bersifat immenen dan transeden” maksudnya di satu pihak kebudayaan bekerja dalam individu ,pada pihak lain kebiudayaan ada id luar merka dalam bentuk respresentativf kolektif terhadap mana merka yang harus menysuaikan diri”
Implikasi pandangan super organic tehd pendidikan
a. Pen adl sebuah proses dimana kebudayaan mengontrol orang dan membentuknya sesuai dengan tujuan kebudayaan . sebagi alat yang digunakan masyrakat u/ melaksanakan kegiatanya dalam mencaoai tujuan.
b. Pan dangan sup or juga berimplikasi pd pengawasan pend yang ketat dari pemerintah untuk menjamin guru2 menanamkan diri generasi muda tentang gagasan2, sikap2, dan ketarampilan 2 yang perlu bagi kelanjuatan kebudayaan.
c. Jika perilaku masya ditentuka oleh kebud, maka kurikulum sek yang merupakan salah satu insrtumen dalam penddidkan haruis dikembangakan atas kajuanlangsung dan kebuda sekarang dan masa dewpan.
Ad 2 pandangan koseptulis yang mengatakan bahwa kebudayaan itu berada di dalam pikiran manusia dan manusaia sebagi pembentuk kebudayaan.
pandangan kosnseptualis yaitu kebudayaan dipelajari sesuai dengan minat dan perhatian anak sebab kebudayan akan menggambarkan kualitas dari perilaku individu.
Ad 3.pandangan realis yaitu kebydayaan merupakan sebuah abtraksi dalam arti bahwa tidak semua kegiatan budaya dapat diamati.
Pandangan realis berkeinginan agar system pendidikan akan dapat melatih individu untuk mepertimbangak ,mengkrtisi dan merubah kebudayaan sesuai dengan nilai2 yang merka butuhkan.
Relativisme budaya mengikiti keunikan buidaya dan harus dianalisa sendiri-sendiri menurut budayaya masing-masing .sedangkan universalisme budaya walaupun mengikiti keragamabn budaya tetepi pada hakekatnya ada sifat2 yang sama yang universal dankebudayaan masyarakt di dunia.

Rabu, 27 Januari 2010

Masyarakat

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.

Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial. Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comtetahun 1842. Sehingga Comte dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Selanjutnya Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology pada tahun 1876. Di Amerika Lester F.Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Pengertian
Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.

Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.
Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.

Tiga tahapan itu adalah :

Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.

Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.

Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.
Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.

  1. Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
  2. Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  3. Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.

Rabu, 06 Januari 2010

Transmisi Budaya dan Pendidikan

Transmisi Budaya dan Pendidikan. Dalam kepustakaan antropologi pendidikan ditemukan beberapa konsep yang paling penting, yakni enculturation (pembudayaan/pewarisan), socialization (sosialisasi/pemasyarakatan), education (pendidikan), dan schooling (persekolahan).
Menurut Herskovits, bahwa enkilturasi berasal dari aspek-aspek dari pengalaman belajar yang memberi ciri khusus atau yang membedakan manusia dari makhluk lain dengan menggunakan pengalaman-pengalaman hidupnya. Proses enkulturatif bersifat kompleks dan berlangsung hidup, tetapi proses tersebut berbeda-beda pada berbagai tahap dalam lingkaran kehidupan seorang. Enkulturasi terjadi secara agak dipaksakan selama awal masa kanak-kanak tetapi ketika mereka bertambah dewasa akan belajar secara lebih sadar untuk menerima atau menolak nilai-nilai atau anjuran-anjuran dari masyarakatnya. Bahwa tiap anak yang baru lahir memiliki serangkaian mekanisme biologis yang diwarisi, yang harus dirubah atau diawasi supaya sesuai dengan budaya masyarakatnya.

Kesamaan dari konsep enkulturasi dengan konsep sosialisasi terlihat dari pernyataan Herkovits yang mengatakan bahwa sosialisasi menunjukkan proses pengintegrasi individu ke dalam sebuah kelompok sosial, sedangkan enkulturasi adalah proses yang menyebabkan individu memperoleh kompetensi dalam kebudayaan kelompok.

Menurut Hansen, enkulturasi mencakup proses perolehan keterampilan bertingkah laku, pengetahuan tentang standar-standar budaya, dan kode-kode perlambangan seperti bahasa dan seni, motivasi yang didukung oleh kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan menanggapi, ideologi dan sikap-sikap. Sedangkan sosialisasi menurut Gillin dan Gillin adalah proses yang membawa individu dapat menjadi anggota yang fungsional dari suatu kelompok, yang bertingkah laku menurut standar-standar kelompok, mengikuti kebiasaan-kebiasaan kelompok , mengamalkan tradisi kelompok dan menyesuaikan dirinya dengan situasi-situasi sosial yang ditemuinya untuk mendapatkan penerimaan yang baik dari teman-teman sekelompoknya.

Bagi Herskovits, pendidikan (education) adalah ”directed learning” dan persekolahan (schooling) adalah “formalized learning”. Dalam literature pendidikan dewasa ini dikenal istilah pendidikan formal, informal dan non-formal. Pendidikan formal adalah system pendidikan yang disusun secara hierarkis dan berjenjang secara kronologi mulai dari sekolah dasar sampai ke universitas dan disamping pendidikan akademis umum termasuk pula bermacam-macam program dan lembaga untuk pendidikan kejuruan teknik dan profesional.
Pendidikan informal adalah pendidikan seumur hidup yang memungkinkan individu memperoleh sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dan pengaruh-pengaruh yang ada di lingkungannya dari keluarga, tetangga. Label informal berasal dari kenyataan bahwa tipe proses belajarnya bersifat tidak terorganisasi dan tidak tersistematis. Pendidikan informal biasanya dilaksanakan dalam masyarakat sederhana dimana belum ada sekolah.
Karangan Margared Mead mengenai pendidikan dalam masyarakat sederhana (1942), dimana ia membedakan antara learning cultures dan teaching cultures atau kebudayaan belajar dan kebudayaan mengajar. Dalam golongan yang pertama, warga masyarakatnya belajar dengan cara yang tidak resmi yaitu dengan berperan serta dalam kehidupan rutin sehari-hari. Dimana mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan untk dapat hidup dengan layak dalam masyarakat dan kebudayaan mereka sendiri. Dalam golongan yang kedua, warga masyarakat mendapat pelajaran dari warga-warga lain yang lebih tahu, yang seringkali dilakukan dalam pranata-pranata pendidikan yang resmi, dimana mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan.

Pendidikan non-formal merupakan kegiatan terorganisasi di luar kerangka sekolah formal atau sistem universitas yang ada yang bertujuan untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan tertentu, pengetahuan, sikap-sikap. Pendidikan non-formal memusatkan perhatian kepada perbaikan kehidupan sosial dan kemampuan dalam pekerjaan. Pendidikan non-formal lebih berorientasi terhadap menolong individu-individu memecahkan masalah mereka, bukan pada penyerapan isi kurikulum tertentu. Pengajaran dilakukan melalui kerjasama dengan guru, umpamanya dengan pekerja-pekerja ahli, pekerja sosial, penyuluh pertanian, dan petugas kesehatan.

Antropologi, Pendidikan dan Kebudayaan

1.Antropologi dan Pendidikan

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.

Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya. Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan diluar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.
G.D. Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa diberikan antropologi terhadap pendidikan adalah menghimpun sejumlah pengetahuan empiris yang sudah diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang berbeda-beda dalam lingkungan social budayanya. Teori khusus dan percobaan yang terpisah tidak akan menghasilkan disiplin antropologi pendidikan. Pada dasarnya, antropologi pendidikan mestilah merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai antropolog terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan.(Imran Manan, 1989)

Dengan mempelajari metode pendidikan kebudayaan maka antropologi bermanfaat bagi pendidikan. Dimana para pendidik harus melakkan secara hati-hati. Hal ini disebabkan karena kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat bersifat unik, sukar untuk dibandingkan sehingga harus ada perbandingan baru yang bersifat tentatif. Setiap penyeldikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi pendidikan.

Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, sehingga antropolog menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat. Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif dari media pendidikan sehingga sangat berlawanan dengan data yang didapat di lapangan oleh para antropolog. Tugas para pendidik bukan hanya mengeksploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu keseluruhan.

2.Makna Kebudayaan

Makna kebudayaan, secara sederhana berarti semua cara hidup (ways of life) yang telah dikembangkan oleh anggota masyarakat. Dari prespektif lain kita bisa memandang suatu kebudayaan sebagai perilaku yang dipelajari dan dialami bersama (pikiran, tindakan, perasaan) dari suatu masyarakat tertentu termasuk artefak-artefaknya, dipelajari dalam arti bahwa perilaku tersebut disampaikan (transmitted) secara sosial, bukan diwariskan secara genetis dan dialami bersama dalam arti dipraktekkan baik oleh seluruh anggota masyarakat atau beberapa kelompok dalam suatu masyarakat.
Masyarakat merupakan suatu penduduk lokal yang bekerja sama dalam jangka waktu yang lama untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan kebudayaan merupakan cara hidup dari masyarakat tersebut atau hal-hal yang mereka pikirkan, rasakan dan kerjakan. Masyarakat mungkin saja memiliki satu kebudayaan jika masyarakat tersebut kecil, terpisah dan stabil.

3.Isi Kebudayaan

Pada dasarnya gejala kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan/aktivitas, gagasan/ide dan artefak yang diperoleh, dipelajari dan dialami. Kebudayaan dapat diklasifikasikan atas terknologi sebagai alat-alat yang digunakan, organisasi sosial sebagai kegiatan institusi kebudayaan dan ideologi yang menjadi pengetahuan atas kebudayaan tersebut. Menurut R. Linton, kebudayaan dapat diklasifikasikan atas:

  1. 1Universals: pemikiran-pemikiran, perbuatan, perasaan dan artefak yang dikenal bagi semua orang dewasa dalam suatu masyarakat.
  2. Specialisties: gejala yang dihayati hanya oleh anggota kelompok sosial tertentu.
  3. Alternatives: gejala yang dihayati oleh sejumlah individu tertentu seperti golongan profesi.
Kebudayaan merupakan gabungan dari keseluruhan kesatuan yang ada dan tersusun secara unik sehingga dapat dipahami dan mengingat masyarakat pembentuknya. Setiap kebudayaan memiliki konfigurasi yang cocok dengan sikap-sikap dan kepercayaan dasar dari masyarakat, sehingga pada akhirnya membentuk sistem yang interdependen, dimana koherensinya lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan pembentuknya. Kebudayaan dapat bersifat sistematis sehingga dapat menjadi selektif, menciptakan dan menyesuaikan menurut dasar-dasar dari konfigurasi tertentu. Kebudayaan akan lancar dan berkembang apabila terciptanya suatu integrasi yang saling berhubungan.
Dalam kebudayaan terdapat subsistem yang paling penting yaitu foci yang menjadi kumpulan pola perilaku yang menyerap banyak waktu dan tenaga. Apabila suatu kebudayaan makin terintegrasi maka fokus tersebut akan makin berkuasa terhadap pola perilaku dan makin berhubungan fokus tersebut satu dengan yang lainnya dan begitu pula sebaliknya. Kebudayaan akan rusak dan bahkan bisa hancur apabila perubahan yang terjadi terlalu dipaksakan, sehingga tidak sesuai dengan keadaan masyarakat tempat kebudayaan tersebut berkembang. Perubahan tersebut didorong oleh adanya tingkat integrasi yang tinggi dalam kebudayaan. Apabila tidak terintegrasi maka kebudayaan tersebut akan mudah menyerap serangkaian inovasi sehingga dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.

4. Sifat Kebudayaan
Kebudayaan yang berkembang pada masyarakat memiliki sifat seperti:
  1. Bersifat organik dan superorganik karena berakar pada organ manusia dan juga karena kebudayaan terus hidup melampaui generasi tertentu.
  2. Bersifat terlihat (overt) dan tersembunyi (covert) terlihat dalam tindakan dan benda, serta bersifat tersembunyi dalam aspek yang mesti diintegrasikan oleh tiap anggotanya.
  3. Bersifat eksplisit dan implisit berupa tindakan yang tergambar langsung oleh orang yang melaksanakannya dan hal-hal yang dianggap telah diketahui dan hal-hal tersebut tidak dapat diterangkan.
  4. Bersifat ideal dan manifest berupa tindakan yang harus dilakukannya serta tindakan-tindakan yang aktual.
  5. Bersifat stabil dan berubah yang diukur melalui elemen-elemen yang relatif stabil dan stabilitas terhadap elemen budaya.

Selasa, 05 Januari 2010

SIFAT-SIFAT BUDAYA BELAJAR

a.Budaya belajar dimilki bersama
sifat budaya belajar yang melekat dalam kebudayaan diciptakan oleh kelompok manusia secara bersama. Kerana terlahir dari potensi yang dimilki manusia, maka budaya belajar kelompok itu merupakan suatu karya yang dimilki bersama. Bermacam-macam jenis kebudayaan tergantung dari pengkategorianya. Seorang individu akan menjadi pendukung budaya belajar yang bersumber dari latar belakang etnis, sekaligus menjadi pendukung budaya belajar masyarakat yang didiaminya.

b.Budaya belajar cenderung bertahan dan berubah
Karena dimiliki bersama, maka kebudayaan cenderung akan dipertahankan bersama (masyarakat tertutup / statis).namun disisi yang lain karena hasil kesepakatan untuk diciptakan dan dimiliki bersama, maka kebudayaan juga akan dirubah manakala terdapat kesepakatan untuk melakukannya secara bersamaan (masyarakat terbuka / dinamis). Sifat bertahan dan berubah saling berjelintangan tergantung dari kesepakatan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Dalam kenyataannya tidak ada suatu kebudayaan masyarakat dunia yang selamanya bertahan atau tutup atau selamanya terbuka atau berubah.
Umumnya budaya belajar capat atau lambat mengalami perubahan selain pertahanan, namun yang harus dicatat adalah adanya perbedaan pada level individu atau kelompok sosial dalam lamanya bertahan atau cepatnya berubah. Pada batas-batas tertentu jenis budaya akan mencerminkan dalam sifat budaya belajar yang cenderung terbuka ataupun sebaliknya yaitu cenderung tertutup. Sifat budaya belajar terwujud dalam bentuk terbuka atau tertutup dipengaruhi oleh materi pembelajaran apa yang dipandang penting. Materi belajar yang tidak relevan dan dibutuhkan memungkinkan akan tidak mengembangkan budaya belajar terbuka demikian sebaliknya.

c.Fungsi budaya belajar untuk pemenuhan kebutuhan manusia
Kebudayaan diciptakan bersama dan dikembangkan bersama karena dipercayai akan berdaya guna untuk keperluan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif. Demikian dengan budaya belajar yang diciptakan dan dikembangkan oleh manusia dengan maksud sebagai sarana bagi pencapaian tujuan hidupnya. Yakni memenuhi kebutuhan hidup pada hari dan masa yang akan datang. Ada tiga dasar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia bengan budaya belajarnya, yakni :
1. syarat dasar alamiah yakni syarat pemenuhan kebutuhan biologis
2. syarat kejiwaan atau psikologis yakni syarat kebutuhan untuk sehat secara kejiwaan
3. kebutuhan dasar sosial yakni kebutuhan untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan sesama manusia.

d. Budaya belajar diperoleh melalui proses belajar
Budaya belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetik yang bersifat herediter, melainkan dihasilkan melalui proses belajar oleh individu kelompok sosial dilingkunganya. budaya belajar adalah produk ciptaan manusia yang bersifat khas yang dibentuk melalui lingkungan budaya.

Faktor yang menentukan dalam mempelajari kebudayaan belajar adalah lewat komunikasi dengan simbol bahasa. Bagaimanpun sederhanannya suatu kebudayaan masyarakat, individu atau kelompok sosial pendukungnya masih bisa berkomunikasi dengan bahasa ciptaannya. Semakin maju suatu budaya belajar, maka struktur komunikasi berbahasa memperlihatkan kompleksitasnya. Dalam budaya belajar, peranan bahsa menjadi alat yang kehadirannya sangat diperlukan dalam pewarisa budaya.

KONSEP BUDAYA BELAJAR

Secara konseptual perlu dipahami apa dan bagai mana budaya belajar, baik dilihat dari batasan atau pengertian, sifat, wujud, sampai kebidang-bidangnya. Dari paparan para Ahli, terdapat beberapa cara pandang mengenai budaya belajar, yaitu : 1) budaya belajar dipandang sebagai system pengetahuan menyiratkan. 2) budaya belajar berfungsi sebagai “pola bagi kehidupan manusia” yang menjadikan pola tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara bersama sebagai sebuah pedoman. 3) budaya belajar digunakan juga untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalaman. 4) budaya belajar juga di pandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social.

Pengertian budaya belajar
konsep budaya belajar bersumber dari konsep budaya, tegasnya kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan pengalaman lingkunagnnya serta menjadi kerangka landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan.
Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan manusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok social untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya. Cara pandang budaya belajar sebagai pengetahuan menyiratkan, bahwa budaya belajar dapat berfungsi sebagai “pola bagi kelakuan manusia” yang menjadikan pola tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara bersamaan.. upaya belajar dapat juga dipandang sebagai adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social. Adaptasi adalah upaya menyesuaikan dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan lingkungnya ; atau sebaliknya manusia juga belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat sesuai dengan keinginan dan tujuan. Kenyataan lain menunjukan, bahwa lingkungan dengan segala sumberdaya memiliki keterbatsan-keterbatsan, namun pada pihak lain kebutuhan manusia dalam rangka memenuhi syarat dasar hidupnya setiap saat senantiasa mengalami peningkatan. Implikasinya pada setiap pembelajaran baik individu maupun kelompok akan memiliki pilihan strategi yang satu sama lain salaing berbeda. Individu atau kelompok pembelajar dengan pengetahuan belajarnya akan melihat permasalahan adanya keterbatasan tersebut dengan cara merespon secara aktif. Permasalahan yang berlangsung dilingkungannya itu akan berusahan untuk diatasi dengan pembelajaran. Kemampuan budaya belajar individu atau kelompok social keadaftipanya ditunjukan untuk memecahkan berbagai persoalan yang timbul dilingkungannya.

Budaya belajar bisa di pahami dari segi batasan atau pengertian, sifat, wujud, sampai kebidang-bidangnya. Budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan manusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok social untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya. Budaya belajar sendiri sangat bekaitan dengan cara-cara masyarakat dalam memahami lingkunga di sekitarnya.

Perwujudan budaya belajar sendiri terdiri dari abstrak dan kongkrit. Pengertianya perwujudan dari segi abstrak adalah beupa ida atau system gagasan yang bersifat abstrak akan tetapi beroperasi sedangkan perwujudan dari kongkrit adalah perilaku, bahasa dan hasil belajar. Garapan atau materi pembelajaran adalah seluruh bidang kehidupan manusia

Minggu, 03 Januari 2010

Sosiologi dan teori perubahan sosial

Sosilaisadi dalam keluarga sangat penting dalam mengembangkan kepribadian . usur 2 psikologis yang perlu diperhatikan adalah : mananamkan rasa cinta , identifikasi dan kemapuan berbahasa. Menurut erikson ada delapan tingkat perkembangan individu yakini masa bayi, masa kanak2. Masa bermain,masa usia sekolah, masa remaja ,masa pradewsa, masa dewasa,dan masa tua.

Teori perubahan social
1.terori evolusioner menilai bahwa perubahan social memiliki arah tetep yang dilalui oleh semua masyarakat .
2. teori siklus = para penganut terory siklus melihat adanya sejumlah tahap yang harus dilalui oleh masyarakt, dan mereka berpandangan bahwa peraliahan masyarak bukan berakhir pada tahap terkhir yang sempurna malaniknan berputar kembali ke tahapawal untuk peralihan selanjutnya.
3.teory fungsional dan terory konflik
t.fungsional menerima perubahan sebagai suatu yang konsatan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap mengacaukan keseimbangan masyarakat . teory konflik mengikuti pola perubahan evolusioner marx. T.konflik menilai bahwa yang konstan adalah konfik social dan buak perubahan.perubahan hayalah akibat dari adanya konfik tersebut.

F.B
Kebudaayaan : keseluruhan ,ide ,gagasan ,aktifitas yang dimiliki manusia selaku anggota masyarakat melalui proses belajar.

PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES SOSIAL BUDAYA

A.PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatau proses pengembangan kepribadian. VISI pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Untuk menggapai tercapainya visi ini, ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip yang ditetapkan adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Sosial dan budaya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Struktur sosial masyarakat dan kebudayaan adalah suatu konteks, suatu lingkungan dan segala sesuatu yang berada di dalamnya akan dapat dimengerti.
Masyarakat Indonesia sangat heterogen secara sosial budaya. Sosial budaya antara masyarakat daerah satu berbeda dengan daerah lainnya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai kekhasan mereka. Perbedaan tersebut terlatak pada cara berfikir, bersikap, berperilaku, tingkat perkembangan mereka, dan respon mereka terhadap berbagai fenomena kehidupan internal dan eksternal.
Setiap orang pada dasarnya adalah suatu kesatuan bio-psiko-sosio-kultural. Kesatuan bio-psiko hanya dapat berkembang di dalam konteks sisio-kultural. Pemahaman dan pengetahuan tentang fenomena sosio-kultural sangat penting untuk memahami proses pendidikan. Untuk memperoleh informasi konteks sosio-kultural adalah mempelajari hasil-hasil kajian sosiologi dan antropologi umumnya dan sosioantropologi pendidikan khususnya. Seperti fenomena masyarakat dipelajari oleh berbagai disiplin ilmu : sosiologi, sejarah, ekonomi, demografi, antrologi, imu politik, dan psikologi sosial.

B.PEMBAHASAN
Pendidikan adalah suatu proses pewarisan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat. Hasil budaya yang berupa tulisan dapat dijadikan sebagai sumber balajar. Dalam masyarakat berbudaya tulis sumber belajar selain tatap muka dalam pergaulan juga lewat tulisan dan lembaga pendidikan yang diusahakan seacara formal. Proses belajar dapat terjadi di mana saja sepanjang hayat. Sekolah merupakan salah satu tempat proses belajar terjadi. Sekolah merupakan tempat kebudayaan, karena pada dasarnya proses belajar merupakan proses pembudayaan. Dalam hal ini, proses pembudayaan di sekolah adalah untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa.
Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya, dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang belum mengetahui budaya tersebut sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses enkulturasi, sedangkan adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses akulturasi. Kedua proses tersebut berujung pada pembentukan budaya dalam suatu komunitas.
Proses pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam keluarga, komunitas budaya suatu suku, atau komunitas budaya suatu wilayah. Proses pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang tua, atau orang yang dianggap senior terhadap anak-anak, atau terhadap orang yang dianggap lebih muda. Tata krama, adat istiadat, keterampilan suatu suku/keluarga biasanya diturunkan kepada generasi berikutnya melalui proses enkulturasi.
Sementara itu, proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan. Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses pembudayaan yang formal atau proses akulturasi. Proses akulturasi bukan semata-mata transmisi budaya dan adopsi budaya, tetapi juga perubahan budaya. Seseorang yang tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut. Misalnya, seseorang yang pindah ke suatu tempat baru, kemudian mempelajari bahasa, budaya, kebiasaan dari masyarakat di tempat baru tersebut, lalu orang itu akan berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat di tempat itu.
Kondisi masyarakat secara obyektif merupakan hasil tali temali antara lingkungan alam, lingkungan sosial serta karakteristik individu. Pada dasarnya perubahan sosial mempunyai ruang gerak yang berlapis-lapis, dimulai dari kelompok terkecil seperti keluarga sampai kelembagaan dalam masyarakat
Menurut Faisal dan Yasik (1985) alur perkembangan diferensiasi pendidikan dapat diterangkan dalam beberapa poin sebagai berikut.
1.Pendidikan pada masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan. Dalam kehidupan masyarakatnya mengembangkan pendidikan secara informal yang berfungsi untuk memberikan bekal keterampilan-keterampilan mata pencaharian dan memperkenalkan pola tingkah laku yang sesuai dengan nilai serta norma masyarakat setempat. Pada tingkatan ini, peran sebagai siswa dan guru secara murni ditentukan oleh ukuran-ukuran askriptif. Anak-anak menjadi siswa dilatarbelakangi oleh faktor usia mereka, sementara guru disimbolkan sebagai representasi orang tua yang memiliki derajat karisma serta kewibawaan untuk mendidik kaum-kaum muda. Spesifikasi peran para guru itu, juga ditentukan oleh jenis kelamin (yang wanita mengajarkan memasak sementara para laki-laki mengajarkan
2.Pada tingkatan yang lebih maju, sebagaian proses sosialisasi teridentifikasi keluar dari batas keluarga, diserahkan kepada semua pemuda di masyarakat tentu saja dengan bimbingan para orang tua yang berpengalaman atau berkeahlian. Kurikulum pendidikan bukan semata-mata kumpulan dari latihan memperoleh ketrampilan-ketrampilan namun juga ditekankan soal-soal metafisik dan budi pekerti. Mengenai siapa yang berperan sebagai guru, tampaknya sudah mulai mempertimbangkan bakat dan pengalaman “berguru” yang pernah diperoleh. Dalam hubungan ini, sang guru bukanlah orang yang memiliki “spesialisasi khusus” seperti halnya spesialisasi-spesialisasi sekarang ini, namun para “siswa” bisa belajar banyak mengenai nilai-nilai kehidupan sebab guru dipandang sebagai sumber segala macam pengetahuan.
3.Dengan berkembangnya diferensiasi di masyarakat itu sendiri, maka meningkat pula upaya seleksi sosial. Beberapa keluarga atau kelompok meningkat menjadi semakin kuat dalam segi kekuasaan maupun kekuatan ekonominya dibandingkan warga masyarakat yang lain. Mereka yang telah menempati posisikuat itu, secara formal membatasi akses mengenyam pendidikan bagi seluruh warga masyarakat. Pertimbangan utama dalam menentukan siapa-siapa yang menjadi “siswa”, terletak pada latar belakang kelas atau kterurunan seseorang. Sedangkan seleksi para “guru”, di samping disyaratkan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi, juga diperhitungkan faktor kecerdasan dan bakatnya. Dari segi kurikulum sudah diperhitungkan kebutuhan-kebutuhan perkembangan zaman dengan memfokuskan perhatian pendidikan pada budi pekerti, hukum, teologi, kesenian serta bahasa. Guru masih berperan sebagai figur yang menguasai segala hal daripada sebagai spesialis dari suatu cabang pelajaran tertentu.
4.Pada tingkatan berikutnya hubungan antara pendidikan dengan masyarakat menjadi kian rumit dan semakin kompleks. Sejalan dengan arus industrialisasi dan kecenderungan diferensiasi sosial, maka spesialisasi peranan menjadi cirib istimewa masyarakat pada tingkatan keempat ini. Di sini pendidikan sudah berjenjang-jenjang begitu rupa, dan kualifikasi para pengajar sudah tersebar ke dalam bidang keahlian yang beragam pula. Dalam hubungan beban-beban baru, yaitu sebagai pusat pengajaran bagi masyarakat luas, sebagai media seleksi sosial serta berperan pula sebagai lapangan pekerjaan.
Masyarakat negara yang maju memiliki nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai sosial budaya masyarakat itu adalah sebagai berikut.
1.Etika, sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari
2.Kejujuran dan integritas
3.Bertanggung jawab
4.Hormat pada aturan & hukum masyarakat
5.Hormat pada hak orang/warga lain
6.Cinta pada pekerjaan
7.Berusaha keras untuk menabung & investasi
8.Mau bekerja keras
9.Tepat waktu

C.KESIMPULAN
Pendidikan harus mampu melakukan analisis kebutuhan nilai, pengetahuan dan teknologi yang paling mendesak dapat mengantisipasi kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan baik perubahan secara budaya maupun secara sosial.

AGEN-AGEN SOSIALISASI

Latar belakang
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.
Pendahuluan
Menurut Tischler (1999 : 118) yang menjadi agen atau perantara dalam proses sosialisasi mekiputi:
1.Keluarga (kinship)
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak untuk tumbuh dan berkembang.keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur social yang lebih luas, denagn pengertian bahwa lembaga lainya tergantung pada eksistensinya. Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
Fungsi keluarga antara lain (munandar , 1989) :
1)Pengaturan seksual
2)Reproduksi
3)Sosialisasi
4)Pemeliharaan
5)Penempatan anak di dalam masyarakat
6)Pemuas kebutuhan perseorangan
7)Kontrol sosial
2.Teman pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

3.Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
4.Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Tv adalah salahsatu media massa yang mempunyai peran penting dalam proses sosialisasi. Kehadiran TV dalam satu keluarga atau masyarakat dapat merupakan factor pendukung maupun factor penghambat dari suatu keluarga dalam menjalankan suatu fungsinya yakini mensosialisasikan anak.
Contoh:
•Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
•Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
Menerut pendapat Donald F.Robert (1973 :25) yang menyatakan bahawa media televise mempunyai berbagai fungsi yakini :
Media fantasi
Kedudukan fantasi dalam kehidupan anak-anak sangat penting. Bagi anak-anak dunia fantasi sama eksistensinya dalam dunia nyata. Dengan barfantasi anak mamperoleh kesempatan untuk mengembangakan imajinasinya dengan daya kreatifitasnya. Melalui fantasi anak akan mendapatkan kenyataan yang luar biasa.
Media diversi
Fungsi ini sama dengan fungsi bermain yang diperlakukan anak sebagai alternative untuk melepaskan ditri dari mekanisme kehidupan social sehari-hari. Acara nyanyian , music, filem, drama merupakan program acara yang cenderung bersifat menghibur.
Media instruksi
Televisi merupakan media untuk memperoleh pengetahuan atau sebagai media pendidikan. Dari televisi anaka akan memperoleh pengetahuan tentang norma, nilai, dan tata laku masyarakat yang diiternalisasikan ke dalam diri anak-anak dan akan menjadi pedoman dan kerangka berfikir dalam menilai baik buruknya suatu keadaan.
5.Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.

Info : Lihat info bocoran E book berbayar
Download Ebook trik internet marketing disini

Teori-teori Kebudayaan

Teori kebudayaan dan implikasibnya dalam pendidikan.
Tiga pandangan menganani kebudayaan:
1.Pandangan super organis
2.Pandangan konseptualis
3.Pandangan realis
Ad 1: emile durkhem “kebudayaan terdiri dari fakta2 sosial dan representatisi kolektif artinya cara berfikir ,bertindak dan merasa bersifat independent dan berada di luar individu.” Kebudayaan yang dipahami sebagi totalitas fakta2 sosial bersifat immenen dan transeden” maksudnya di satu pihak kebudayaan bekerja dalam individu ,pada pihak lain kebiudayaan ada id luar merka dalam bentuk respresentativf kolektif terhadap mana merka yang harus menysuaikan diri”
Implikasi pandangan super organic tehd pendidikan
a.Pen adl sebuah proses dimana kebudayaan mengontrol orang dan membentuknya sesuai dengan tujuan kebudayaan . sebagi alat yang digunakan masyrakat u/ melaksanakan kegiatanya dalam mencaoai tujuan.
b.Pan dangan sup or juga berimplikasi pd pengawasan pend yang ketat dari pemerintah untuk menjamin guru2 menanamkan diri generasi muda tentang gagasan2, sikap2, dan ketarampilan 2 yang perlu bagi kelanjuatan kebudayaan.
c.Jika perilaku masya ditentuka oleh kebud, maka kurikulum sek yang merupakan salah satu insrtumen dalam penddidkan haruis dikembangakan atas kajuanlangsung dan kebuda sekarang dan masa dewpan.
Ad 2 pandangan koseptulis yang mengatakan bahwa kebudayaan itu berada di dalam pikiran manusia dan manusaia sebagi pembentuk kebudayaan.
pandangan kosnseptualis yaitu kebudayaan dipelajari sesuai dengan minat dan perhatian anak sebab kebudayan akan menggambarkan kualitas dari perilaku individu.

Ad 3.pandangan realis yaitu kebydayaan merupakan sebuah abtraksi dalam arti bahwa tidak semua kegiatan budaya dapat diamati.
Pandangan realis berkeinginan agar system pendidikan akan dapat melatih individu untuk mepertimbangak ,mengkrtisi dan merubah kebudayaan sesuai dengan nilai2 yang merka butuhkan.
Relativisme budaya mengikiti keunikan buidaya dan harus dianalisa sendiri-sendiri menurut budayaya masing-masing .sedangkan universalisme budaya walaupun mengikiti keragamabn budaya tetepi pada hakekatnya ada sifat2 yang sama yang universal dankebudayaan masyarakt di dunia.

Konsep dan Teori Kebudayaan serta Komponen kebudayaan

Kebudayaan adalah merupakan keeluruhan kegiaatan manusia yang diperolah denngan belajar yeng berupa system gagasan , tindakan dan hasil karya atau hasil cipta ,rasa dan karsa manusia .kebudayaan diperguanak ,dihasilkan deketahui dan dipercayai sebagi kegiatan masyarakat dan dijadikan miliki diri masyarakat tersebut.
Komponen kebudayaan : yaitu..:
Kebudayaan material , yaitu berisi hasil-hasl dari pengetahuan sdehana sampai yang kompleks.
Kebudayaan non-material, yaitu keseluruhan dari pengetahuan,kepercayaan nilai-nilai dan norma tinggkah laku tentang bagaimana manusia beriteraksui dan bagimana meraka memecahkan masalah.
Kebudayaan normative, yaitu yang terdiari dari aturan-aturan untuk melakuakan sesuatau .norma merupakan elemanet sentral/pusat dari kebudayaan normative. Norma adalah hal yang merupakan perlkau yang bersama untuk dipakai sebagai batasn dari tinggkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat yang bersangkutan.
Kebudayaan kognitif (filsafat) yaitu berupa pemikiran2 dari suatu kebudayaan .berisi baggian2 datri kebudayaan dan pengetahuan tentang duania ini mana nyata dan tidak nyata ,serta mana yang penting dan tidak penating.