Di Indonesia dikenal pengertian manusia seutuhnya. Menurut Pedoman dan Penghayatan Pancasila, setiap manusia memounyai keinginan untuk mempertahankan hidup, dan menjaga kehidupan yang lebih baik. Ini merupakan naluri yang paling kuat dalam diri manusia. Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan Negara memberikan pedoman bahwa kebahagiaan hidup manusia itu akan tercpai apabila kehidupan manusia itu diselaraskan dan keseimbangan, baik hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan manusia dengan bangsa, dan dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rokhaniah.
Pancasila menempatkan manusia dakam keseluruhan harkat dan martabatnya mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Manusialah yang menjadi titik tolak dari usaha kita untuk memahami manusia itu sendiri, manusia dan masyarakatnya, dan manusia dengan segenap lingkungan hidupnya. Adapun manusia yang kita pahami bukanlah manusia yang luar biasa, melainkan manusia yang disamping memiliki kekuatan juga manusia yang dilekati dengan kelemahan-kelemahan, manusia yang disamping memiliki kemampuan-kemampuan juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan, manusia yang disamping mempunyai sifat-sifat yang baik memounyai sifat-sifat yang kurang baik. Manusia yang hendak kita pahami bukanlah manusia yang kita tempatkan di luar batas kemampuan dan kelayakan manusia tadi.
Manusia sebagai mahluk Tuhan adalah mahluk pribadi, sekaligus mahluk social. Sifat kodrati manusia sebagai individu dan sekaligus sebagai mahluk social merupakan kesatuan bulat. Perlu dikembangkan secara seimbang, selaras dan serasi. Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusia lain dalam masyarakat. Manusia hanya mempunyai arti dan dapat hidup secara layak diantara manusia lainnya. Tanpa ada manusia lainnya atau tanpa hidup bermasyarakat , seseorang tidak dapat menyeenggararakan hidupnya dengan baik. Dalam mempertahankan hidup dan usaha mengejar kehidupan yang lebih baik, mustahil hal itu dikerjakan sendiri oleh seseoarang, tanpa bantuan dan kerjasama dengan orang lain dalam masyarakat.
Kekuatan manuasia pada ddasarnya tiodak terletak pada kemampuan fisiknya atau kemampuan jiwanya semata-mata, melainkan terletak pada kemampuannya untuk bekerjasama dengan manusia lainnya. Dengan manusia lainnya dalam masyarakat itulah manusia menciptakan kebudayaan, yang pada akhirnya membedakan manusia dari segenap mahluk hidup yang lain, dan mengantarkan umat manusia ke tingkat mutu, martabat dan harkatnya sebagaimana manusia yang hidup pada zaman sekarang dan zaman yang akan datang.
Kesadaran akan hal-hal yang tersebut di atas selanjutnya menumbuhkan kesadaran, bahwa setiap manusia terpanggil hatinya untuk melakukan apa yang baik untuk orang lain dan masyarakat. Semuanya itu melahirkan sifat dasar, bahwa untuk mewujudkan keselarasan, keserasian, dan keseimbanagn dalam hubungan social antar manusia pribadi dengan masyarakat, manusia perlu mengendalikan diri. Dalam masyarakat Indonesia yang sangat beranekaragam coraknya, kemauan dan kemampuan mengendalikan diri pada kepentingan adalah suatu sikap yang mempunyai arti sangat penting dan merupakan sesuatu yang sangat diharapkan, yang pada gilirannya akan menumbuhkan keseimbangan dan stabilitas masyarakat. (dalam kaitan ini hendaknya dibaca 36 butir wujud Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, sebagaimana ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No II/MPR/1978).
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila menegaskan pandangan social yang berdiri di atas paham keseimbangan tidaklah mengingkari, bahwa masyarakat itu senantiasa bergerak, berubah, berkembang dan dinamis. Namun demikian, kita beranggapan, bahwa yang wajar, yang dicari oleh manusia bukanlah perubahan atau dinamika itu sendiri, melainkan keseimbangan segala sesuatu dalam masyarakat untuk mencapai tujuan kebahagiaan. Masalah perubahan social itu merupakan tantangan bagi kita semua, kita pelajari secara teliti dan kita perhatikan sebagai factor yang mempengaruhi terutama dalam zaman dimana ilmu dan teknologi telah berkembang sedemikian pesatnya . bagi bangsa Indonesia, tujuan pengembangan masyarakat adalah manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia.dari sejarah umat manusia secara keseluruhan diketahui bahwa kebudayaan manusia itu tidak sekaligus jadi, seperti keadaannya sekarang, melainkan melalui proses evolusiyang memakan waktu ribuan tahun. Demikian pula halnya perkembangan manusia secara perseoranganpun melalui tahap-tahap yang memakan waktu belasan atau bahkan puluhan tahun sebelum orang itu menjadi dewasa. Upaya pendidikan memperhatikan tahap-tahap perkembangan seseorang dalam rangka memberikan pelayanan yang tepat bagi setiap orang yang sedang menjalani pendidikannya. Demikianlah, berbagai kekhususan masa-masa perkembanagn tertentu selanjutnya menjadi bahan pertimbangan bagi usaha-usaha pendidikan dari berbagai jenjang dan jenis pendidikan. Keberadaan manusia seperti disinggung di atas, membawa dampak yang besar bagi usaha-usaha pendidikan. Dalam kaitan ini, usaha pendidikan pada dasarnya diarahkan terhadap pengembangan kososialan, dimensi kesusilaan dan dimensi keberagaman berbeda dari mahluk-mahluk lain, manusia sebagai mahluk yang berderajat lebih tinggi, diperlengkapi dengan berbagai potensi dan susunan tubuh yang memungkinkan ia berkembang menjadi manusia seutuhnya berkembang dalam berbagai dimensi secara mantap.
Perkembangan dimensi keindividuan memungkinkan seseorang memperkem-bangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal mengarah pada aspek-aspek kehidupan yang positif. Minat, bakat, kemampuan dan berbagai fungsi psikis dan biologis berkembang dalam rangka dimensi keindividualan ini. Perkembangan dimensi keindividuan memungkinkan seseorang menjadi individu yang mampu tegak berdiri dengan kepribadiannya sendiri. Perkembangan dimensi kesosialan memungkinkan orang tersebut mampu berinteraksi , berkomunikasi, bergaul dan hidup bersama orang lain. Selain mahluk pribadi manusia adalah mahluk
Dari sejarah umat manusia secara keseluruhan diketahui bahwa kebudayaan manusia itu tidak sekaligus jadi, seperti keadaan sekarang, melainkan ,melalui proses evolusi yang memakan waktu ribuan tahun. Demikian pulalah halnya, perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu belasan atau bahkan puluhan tahun sebelum seseorang menjadi dewasa. Upaya pendidikan memperhatikan tahap-tahap perkembangan seseorang dalam rangka memberikan pelayanan yang tepat bagi setiap orang yang sedang menjalani pendidikannya. Demikianlah, berbagai kekhususan masa-masa perkembangan tertentu selanjutnya menjadi bahan pertimbangan bagi usaha-usaha pendidikan diberbagai jenjang dan jenis pendidikan.
Keberadaan manusia seperti disinggung diatas, membawa dampak yang mendasar bagi usaha-usaha pendidikan. Dalam kaitan ini, usaha pendidikan pada dasarnyadiarahkan terhadap pengembangan empat dimensi kemanusiaan, yaitu dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan dan dimensi keberagamaan. Berbeda dari makhluk-makhluk lain, manusia sebagai makhluk yang berderajat lebih tinggi, diperlengkapi dengan brbagai potensi dan susunan tubuh yang memungkinkan ia berkembang menjadi makhluk yang sesuaidg ketinggian derajatnya itu. potensi dan susunan tubuh ini memungkinkan manusia berkembang menjadi manusia seutuhnya berkembang dalam berbagai dimensi secara mantap.
Perkembangan dimensi keindividualan memungkinkan seseorang memperkem-bangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal mengarah pasa aspek-aspek kehidupan yang positif. Minat, bakat, kemampuan dan berbagai fungsi psikis dan biologis berkembang dalam rangka dimensi keindividualan ini. Perkembangan dimensi ini membawa seseorang menjadi individu yang mampu tegak berdiri dengan kepribadiannya sendiri. Perkembangan dimensi keindividualan diimbangi dengan perkembangan dimensi kesosialan pada diri orang yang bersangkutan. Perkembangan dimensi kesosialan memungkinkan orang tersebut mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, dan hidup berasama orang lain. Selain makhluk hidup pribadi manusia adalah makhluk sosial. Aspek pribadi dan sosial itu saling berinteraksi dan dalam interaksi itulah keduanya saling bertumbuh, saling mengisi dan saling menentukan makna yang sesungguhnya. Pertemuan dimensi keindividualan, dan dimensi kesosialan menuntut dikembangkannya dimensi yang ketiga yaitu dimensi kesusilaan. Memang dimensi kesusilaan hanya mungkin dan perlu timbul apabila seseorang berada berasama orang lain. Moral, estetika dan berbagai aturan lainnya itulah yang mengatur bagaimana hubungan itu seharusnya dilaksanakan seadanya saja, apalagi semau gue saja. Hidup berasama orang lain perlu diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga semua orang yang berada di dalamnya memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari kehidupan bersama itu.
Dimensi kesusilaan yang lain itu dapat bertemu dalam satu kesatuan yang bermakna. Dapat dibayangkan bahwa tanpa dimensi kesusilaan bekembangnnya dimensi keindividualan dan dimensi kesosialan akan tidak serasi, bahkan dapat saling bertabrakan, yang satu cenderung mengalahkan yang lain.
Perkembangan ketiga dimensi diatas memungkinkan manusia bergerak dalam bidang kehidupan kemanusiaan. Namun perlu diingat bahwa ketiga dimensi tersebut baru mampu membentuk bidang kehidupan yang mampu menampung isi kehidupan secara menyeluruh dan mantap. Perlu pula diperhatikan bahwa bidang kehidupan duniawi belaka. Dengan demikian, manusia yang hidupnya hanya didasarkan pada perkembangan ketiga dimensi tersebut, jelas baru menjangkau bidang kehidupan keduniawian semata-mata.
Manusia seutuhnya pastilah bukan manusia yang semata-mata hidup dalam bidang keduniaan, melainkan yang juga mampu menjangkau isi hidup keakhiratan. Untuk itu perlu diperkembangkan dimensi yang keempat, yaitu dimensi keberagamaan. Dalam dimensi ini manusia memperkembangkan diri dalam kaitannya dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Dengan berkembangnya secara mantap dimensi yang keempat itu, akan lengkaplah perkembangan manusia dan mungkinlah manusia itu menjadi manusia yang seutuhnya. Dengan keempat dimensi tersebut manusia akan mampu membentuk wadah kehidupannya secara matap dan selanjutnya mengisi kehidupan itu secara penuh.
Maka dari keseluruhan perkembangan itu menjadi lengkap dan utuh dalam semua sisinya, sisi individu dan sosialnya, sisi dorongan yang harus dipenuhi dan estetika pemenuhannya, sisi dunia dan akhiratnya, serta sisi hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan Tuhan. Dengan dimensi keempat itu pula kehidupan manusia ditinggikan derajatnya, sesuai dengan ketinggian derajat manusia dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya
Sumber:qym7882.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar